Dewasa ini begitu banyak permasalahan lingkungan di sekitar kita; ancaman kepunahan spesies, kerusakan berbagai ekosistem di muka bumi, perubahan iklim global, dan yang selalu menjadi permasalahan abadi, pencemaran yang hampir mencapai batas toleransi yang bisa diterima bumi. Permasalahan lingkungan hidup memiliki dimensi masalah lokal dan global. Perilaku manusia dan kegiatan pembangunan di suatu negara yang mempengaruhi lingkungan hidup akan menghasilkan berbagai perubahan kualitas lingkungan tidak saja di negara tersebut akan tetapi juga di tingkat global.
Perubahan Iklim merupakan tantangan yang paling serius yang dihadapi dunia di abad 21. Sejumlah bukti baru dan kuat yang muncul dalam studi mutakhir memperlihatkan bahwa masalah pemanasan yang terjadi 50 tahun terakhir disebabkan oleh tindakan manusia.Pemanasan global di masa depan lebih besar dari yang diduga sebelumnya. Pemanasan global terjadi akibat peningkatan suhu global karena terjadinya efek rumah kaca yang disebabkan oleh meningkatnya emisi gas-gas seperti karbondioksida (CO2), metana (CH4), dan CFC sehingga energi matahari terperangkap dalam atmosfer bumi. Karena itu aktivitas ekonomi yang mengkonsumsi energi fosil (bahan bakar minyak, batubara dan sejenisnya, yang tidak dapat diperbarui) memiliki kontribusi terhadap pemanasan global bahkan deforestasi juga makin memperparah pemanasan global. Dampak negatif perubahan iklim ini telah menimbulkan berbagai masalah pada sektor pertanian, perikanan, kawasan pesisir dan pantai.
_ Definisi Iklim
Iklim adalah rata-rata dan variasi temperatur, penguapan, presipitasi dan angin selama periode tertentu yang berkisar dalam hitungan bulan hingga jutaan tahun. Iklim di bumi sangat dipengaruhi oleh kesetimbangan panas di bumi. Aliran panas dalam sistem iklim di bumi bekerja karena adanya radiasi.
_ Kesetimbangan Panas Bumi dan Efek Rumah Kaca
Sumber utama radiasi di bumi adalah matahari. Dari seluruh radiasi matahari yang menuju ke permukaan bumi, sepertiganya dipantulkan kembali ke ruang angkasa oleh atmosfer dan oleh permukaan bumi. Dua pertiga radiasi yang tidak dipantulkan, besarnya sekitar 240 Watt/m2, diserap oleh permukaan bumi dan atmosfer. Untuk menjaga kesetimbangan panas, bumi memancarkan kembali panas yang diserap tersebut dalam bentuk radiasi gelombang pendek. Sebagian radiasi gelombang pendek yang dipancarkan oleh bumi diserap oleh gas-gas tertentu di dalam atmosfer yang disebut gas rumah kaca. Selanjutnya gas rumah kaca meradiasikan kembali panas tersebut ke bumi. Mekanisme ini disebut efek rumah kaca. Efek rumah kaca inilah yang menyebabkan suhu bumi relatif hangat dengan rata-rata 14oC, tanpa efek rumah kaca suhu bumi hanya sekitar -19oC. Sebagian kecil panas yang ada di bumi, yang disebut panas laten, digunakan untuk menguapkan air. Panas laten ini dilepaskan kembali ketika uap air terkondensasi di awan (lihat Gambar 1).
Gambar 1: Sistem kesetimbangan panas di bumi
Gambar 2: Konsentrasi beberapa gas rumah kaca selama 2000 tahun terakhir.
Aktifitas manusia diyakini sebagai sebab meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca.Kegiatan manusia, terutama berupa pembakaran bahan bakar fosil dan aktifitas pertanian, menghasilkan emisi berupa gas rumah kaca yaitu CO2, CH4, N2O dan halokarbon (kelompok gas yang mengandung florine, klorin dan bromin). Gas-gas tersebut terakumulasi di atmosfer sehingga menyebabkan peningkatan konsentrasi seiring dengan perjalanan waktu (Gambar 2).
_ Gas Rumah Kaca
Gas rumah kaca adalah gas-gas yang ada di atmosfer yang menyebabkan efek rumah kaca. Gas-gas tersebut sebenarnya muncul secara alami di lingkungan, tetapi dapat juga timbul akibat aktifitas manusia.Gas rumah kaca yang paling banyak adalah uap air yang mencapai atmosfer akibat penguapan air dari laut, danau dan sungai. Karbondioksida adalah gas terbanyak kedua. Ia timbul dari berbagai proses alami seperti: letusan vulkanik; pernafasan hewan dan manusia (yang menghirup oksigen dan menghembuskan karbondioksida); dan pembakaran material organik (seperti tumbuhan).Karbondioksida dapat berkurang karena terserap oleh lautan dan diserap tanaman untuk digunakan dalam proses fotosintesis. Fotosintesis memecah karbondioksida dan melepaskan oksigen ke atmosfer serta mengambil atom karbonnya.
_ Peningkatan Suhu Bumi
Pengamatan selama 157 tahun terakhir menunjukkan bahwa suhu permukaan bumi mengalami peningkatan sebesar 0,05 oC/dekade. Selama 25 tahun terakhir peningkatan suhu semakin tajam, yaitu sebesar 0,18 oC/dekade (lihat Gambar 2). Gejala pemanasan juga terlihat dari menigkatnya suhu lautan, naiknya permukaan laut, pencairan es,berkurangnya salju di belahan bumi utara, rusaknya trumbu karang, meningkatnya intensitas badai, banjir,kebakaran hutan, dll.. Pemanasan global terjadi akibat dari peningkatan efek rumah kaca yang disebebakan oleh naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer. Semakin tinggi konsentrasi gas rumah kaca maka semakin banyak radiasi panas dari bumi yang terperangkap di atmosfer dan dipancarkan kembali ke bumi. Hal ini menyebabkan peningkatan suhu di permukaan bumi.
Gambar 3: Kenaikan suhu rata-rata bumi selama 157 tahun terakhir
_ Perubahan Iklim di Bumi dan Dampaknya
Perubahan iklim dipandang sebagai salah satu ancaman yang paling serius terhadap pembangunan berkelanjutan, dengan dampak yang tidak saja merusak kualitias lingkungan, akan tetapi juga membahayakan kesehatan manusia, keamanan pangan, kegiatan pembangunan ekonomi, pengelolaan sumberdaya alam dan infrastruktur fisik Selama bertahun-tahun kita telah terus menerus melepaskan karbondioksida ke atmosfir dengan menggunakan bahan bakar yang berasal dari fosil seperti batubara, gas bumi dan minyak bumi. Hal ini telah menyebabkan meningkatnya selimut alami dunia, yang menuju kearah meningkatnya suhu iklim dunia, dan perubahan iklim yang tidak dapat diprediksi juga mematikan..
Banyak data statistik memang menunujukkan demikian. Angka kejadian fenomena iklim yang ekstrim selama satu abad terakhir ini menunjukkan peningkatan. Diantara kejadian ektrim tersebut antara lain adalah lamanya musim kering di Australia (2003), tingginya suhu saat musim panas di Eropa (2003), lamanya musim badai di Amerika Utara (2004 dan 2005), tingginya curah hujan di India (2005), dan sebagainya. Sebaliknya, jumlah kejadian ekstrim yang lain seperti malam yang sangat dingin mengalami penurunan.
Dampak yang ditimbulkan oleh perubahan iklim dipengaruhi oleh kerentanan suatu sistem. Dampak netto yang ditimbulkan merupakan selisih antara pengaruh awal dengan daya adaptasi sistem tersebut. IPCC (2001) menggolongkan resiko akibat perubahan iklim menjadi resiko ekstrim sederhana dan resiko ekstrim komplek. Perubahan yang terjadi dapat bersifat menguntungkan atau merugikan.
Akibat ekstrim sederhana antara lain :
A. Akibat yang bersifat menguntungkan :
Bertambahnya produktifitas tanaman di daerah beriklim dingin
Menurunnya resiko kerusakan tanaman pertanian oleh cekaman dingin
Meningkatnya runoff yang berarti meningkatnya debit aliran air pada daerah kekurangan air
Berkurangnya tenaga listrik untuk pemanasan
Menurunnya angka kesakitan dan angka kematian oleh cekaman dingin
B. Akibat yang bersifat merugikan :
Meningkatnya tingkat kematian dan penyakit serius pada manula dan golongan miskin perkotaan
Meningkatnya cekaman panas pada binatang liar dan ternak
Perubahan pada tujuan wisata
Meningkatnya resiko kerusakan sejumlah tanaman pertanian
Meningkatnya tenaga listrik untuk pendinginan
Memperluas kisaran dan aktivitas beberapa hama dan vektor penyakit
Meningkatnnya banjir, erosi dan tanah longsor
Meningkatnya runoff yang berarti meningkatnya debit aliran air pada daerah basah
Akibat ekstrim kompleks (seluruhnya bersifat merugikan):
Berkurangnya produksi tanaman pertanian oleh kejadian kekeringan dan banjir
Meningkatnya kerusakan bangunan oleh pergeseran batuan
Penurunan sumberdaya air secara kualitatif maupun kuantitatif
Meningkatnya resiko kebakaran hutan
Meningkatnya resiko kehidupan manusia, epidemi penyakit infeksi
Meningkatnya erosi pantai dan kerusakan bangunan dan infrastruktur pantai.
Meningkatnya kerusakan ekosistem pantai seperti terumbu karang dan mangrove
Menurunnya potensi pembangkit listrik tenaga air di daerah rawan kekeringan
Meningkatnya kejadian kekeringan dan kebanjiran
Meningkatnya kerusakan infrastuktur
_ Data Statistik Konsentrasi Gas Rumah Kaca
Tabel 1 Konsentrasi GRK menurut skenario IPCC tahun 2000
Tahun | Penduduk dunia | O3 permukaan (ppm) | Kons. CO2 (ppm) | Perub. Suhu global (0C) | Kenaikan muka air laut (cm) |
1990 | 5.3 | - | 354 | 0 | 0 |
2000 | 6.1-6.2 | 40 | 367 | 0.2 | 2 |
2050 | 8.4-11.3 | ~60 | 463-623 | 0.8-2.6 | 5-32 |
2100 | 7.0-15.1 | >70 | 478-1099 | 1.4-5.8 | 9-88 |
Tabel 2 Ikhtisar Gas-gas Rumah Kaca di Atmosfer (Sumber: Killeen. 1996)
Gas | Sumber Antropogenik utama | Emisi Antropogenik / total per thn 106 ton | Waktu residu | Umur (tahun) |
CO | Pembakaran bahan bakar fosil dan biomas | 700 / 2.000 | bulanan | 0,4 |
CO2 | Pembakaran bahan bakar fosil dan Pembabatan hutan | 5.500 / -5.500 | 100 tahunan | 7 |
CH4 | Pertanaman padi Peternakan, tanam Produksi bahan bakar fosil | 300-400/550 | 10 tahunan | 11 |
NOx | Pembakaran bahan bakar fosil dan biomas | 20-30 / 30-50 | harian | *** |
NO2 | Pemupukan Nitrogen Pembabatan hutan Pembakaran biomas | 6 / 25 | 170 tahunan | 150 |
SO2 | Pembakaran bahan bakar fosil dan emisi bahan bakar | 100-130 / 150-200 | Harian - mingguan | *** |
CFCs | Semprotan aerosol, Pendingin, busa | -1 / 1 | 60-100 tahunan | 8 – 110 |
Tabel 3 Ikhtisar Inventarisasi Gas Rumah kaca di Indonesia pada tahun 1994
(sumber : Indonesia Country Study Team on Climate Change, 1998)
Rosot dan sumber | Uptake (Gg) | Emisi (Gg) | ||||
CO2 | CO2 | CH4 | CO | N2O | NOX | |
1. Energi keseluruhan | - | 170.016,31 | 2.395,73 | 8.421,50 | 5,72 | 818,30 |
1a. Pembakaran bahan bakar | - | 170.016,31 | 357,56 | 8.421,50 | 5,72 | 818,30 |
1b. Emisi bahan bakar | - | 2.038,17 | 0,00 | 0,00 | 0,00 | - |
2. Proses Industri | - | - | 19.120,0 | 0,51 | - | 0,01 |
3. Pertanian | - | - | 3.243,84 | 330,73 | 52,86 | 18,77 |
4. Perubahan penggunaan lahan dan hutan | 403.846,00 | 559.471,00 | 367,00 | 3.214,00 | 2,52 | 91,26 |
5. Limbah dan pengolahan tanah | - | - | - | 402,00 | - | - |
Indonesia | 403.846,00 | 748.607,31 | 6.409,08 | 11.966,23 | 61,11 | 928.33 |
_ Analisa dan Sintesis
Menurut analisa saya berdasarkan tabel 1 Perubahan iklim disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi Gas Rumah Kaca (GRK). Semakin tinggi kebutuhan untuk meningkatkan kualitas hidup maka akan semakin besar aktivitas industri, lalu lintas pembukaan hutan, usaha pertanian, rumah tangga dan aktivitas-aktivitas lain yang melepaskan GRK. Akibatnya konsentrasi GRK di atmosfer akan meningkat. Suhu di sebagian besar bumi terutama siang hari meningkat. Walaupun laju perubahan yang terjadi kecil, tetapi nyata menurut uji statistik (peringkat Spearman). Dari tabel yang ditunjukkan tergambar adanya perubahan unsur iklim yang tidak pasti dan yang pasti. Hal yang pasti adalah suhu berubah. Hal ini sangat logis karena penduduk bertambah dan emisi GRK juga bertambah. Hal yang tidak pasti adalah pola perubahan curah hujan. Peningkatan suhu akan meningkatkan penguapan, tapi karena adannya sirkulasi udara global yang kompleks, maka peningkatan curah hujan tidak selalu terjadi pada lokasi yang sama dengan kejadian penguapan. Pada tabel 2 terdapat sumber (source) yang beragam di alam ini juga tersedia rosot (sink), yaitu lautan dan vegetasi (hutan). Jumlah rosot ini relatif tetap sedangkan sumbernya selalu bertambah, sehingga terjadi ketidak seimbangan. Ditambah dengan umur keberadaan GRK di atmosfer yang panjang, maka tanpa upaya menekan emisi, konsentrasi GRK akan terus bertambah.GRK meliputi gas-gas Carbon Dioxida (CO2), golongan Chloro-Fluorocarbon (CFCs), Methana (CH4), Ozon (O3), dan Nitrogen Oksida (NOx). Gas-gas tersebut berada di atmosfer berfungsi sebagai mana kaca, yaitu melewatkan radiasi matahari ke permukaan bumi tetapi menahan radiasi bumi agar tidak lepas ke angkasa. Dalam jumlah tertentu GRK dibutuhkan untuk menjaga suhu ekstrim bumi agar tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah. Tetapi jika jumlah radiasi bumi yang terperangkap di dalam atmosfer bumi berlebihan, maka atmosfer dan permukaan bumi akan semakin panas (suhu meningkat).
Pada tabel 3 Gas CO2 memberi kontribusi terbesar dalam pemanasan globa . Selanjutnya kontribusi hingga terkecil diberikan oleh gas-gas CFCs, CH4, O3, dan NOx. Uap air juga merupakan GRK, tetapi karena air dianggap tetap (alami), maka air tidak dianggap sebagai penyebab perubahan iklim oleh pemanasan global.
Perubahan iklim yang diperkirakan akan menyertai pemanasan global adalah melelehnya permukaan es di kutub atau pegunungan tinggi, naiknya evaporasi yang disertai meningkatnya hujan di suatu tempat / waktu dan menurunnya hujan di tempat / waktu lain. Tinggi muka air laut akan terpengaruh baik oleh mengembangnya volume air karena meningkatnya suhu maupun bertambahnya volume oleh lelehan gletser di kutub.
_ Upaya Adaptasi dan Mitigasi Terhadap Dampak Perubahan Iklim
Adaptasi terhadap dampak perubahan iklim adalah salah satu cara penyesuaian yang dilakukan secara spontan atau terencana untuk memberikan reaksi terhadap perubahan iklim yang diprediksi atau yang sudah terjadi. Mitigasi adalah kegiatan jangka panjang yang dilakukan untuk menghadapi dampak dengan tujuan untuk mengurangi resiko atau kemungkinan terjadi suatu bencana. Kegiatan lebih lanjut dari mitigasi dampak adalah kesiapan dalam menghadapi bencana, tanggapan ketika bencana dan pemulihan setelah bencana terjadi (Murdiyarso, 2001). Berbagai sektor akan terpengaruh oleh adanya perubahan iklim.Menurut UU no 6 tahun 1994, yaitu UU pengesahan Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang perubahan iklim, Indonesia tidak wajib ikut menekan emisi GRK, tetapi hanya bersifat sukarela. Menurut UU lingkungan hidup no 23 tahun 1997, menjaga kelestarian lingkungan hidup adalah suatu yang harus dilakukan agar pembangunan dapat dilakukan secara berkelanjutan. Jadi upaya mengurangi laju emisi GRK menjadi keharusan dalam rangka melestarikan lingkungan.
Tabel 4 Sektor-sektor yang akan terkena dampak perubahan iklim dan upaya adaptasi yang dapat dilakukan.
Sektor | Dampak | Adaptasi |
Pengairan | · Kendala suplai irigasi dan air minum, dan peningkatan salinitas · Intrusi air asin ke daratan dan aquifer pantai | · Perencanaan, pembagian air, komersialisasi · Suplai air alternatif, mundur |
Ekosistem Darat | · Peningkatan salinitas di lahan pertanian dan aliran air · Kepunahan Keanekaragaman Hayati · Peningkatan resiko kebakaran · Invasi Gulma | · Perubahan praktek penggunaan lahan · Pengelolaan Pertamanan · Pengelolaan lahan, Perlindungan thd. Kebakaran · Pengelolaan Pertamanan |
Ekosistem Air | · Salinisasi lahan sawah di wil. Pantai · Perubahan ekosistem sungai dan sawah · Eutropikasi | · Intervensi fisik · Perubahan alokasi air · Perubahan alokasi air, mengurangi aliran masuk hara |
Ekosystem Pantai | · Perusakan terumbukarang · Limbah beracun | · Penyemaian terumbukarang (?) · - |
Pertanian dan kehutanan | · Penurunan produktivitas, resiko banjir dan kekeringan, resiko kebakaran hutan · Perubahan pada pasar global · Peningkatan serangan hama dan penyakit · Peningkatan produksi oleh peningkatan CO2 diikuti dengan penurunan produksi oleh perubahan iklim | · Perubahan pengelolaan dan kebijakan, perlindungan terhadap kebakaran dan peramalan musim · Pemasaran, perencanaan , dan perdaganngan Karbon. · Pengendalian terpadu, penyemprotan · Merubah teknik usaha tani dan industri |
Hortikultur | · Dampak campuran + dan – tergantung spesies dan lokasi | · Relokasi |
Perikanan | · Perubahan tangkapan | · Monitoring, pengelolaan |
Perumahan, industri | · Peningkatan dampak banjir, badai dan kenaikan muka air laut | · Pewilayahan, perencanaan bencana |
Kesehatan | · Ekspansi dan perluasan vektor penyakit · Peningkatan polusi fotokimia udara | · Karantina, eradikasi atau pengendalian · Pengendalian emisi |